Kulongok
kembali kemeja kotak berwarna biru muda warna favoritku dan celana jeans merk nevada yang baru kubeli di mall sepulang
sekolah tadi. Senyumku merekah
membayangkan betapa cantiknya aku besok saat berdiri di depan para juri Indonesian
Idol. Dengan mata berbinar, aku
naik ke tempat tidur untuk menyiapkan tenaga buat audisi besok. Aku memaksa memejamkan mata dengan ligat.
Berharap esok suasana tidak begitu penat.
***
Sinar matahari pagi berloncatan dari celah
deretan kaco nako yang terbuka sempurna seolah saling berebut tempat untuk
masuk dalam ruangan yang ada dibaliknya. Terus berusaha mengenai selapis tirai
katun merah tua yang lusuh menjuntai hingga lantai ruangan. Begitupun semilir
angin yang berhembus seolah ingin menemani tidurku. Menerbangkan semua angan ku hingga menembus langit. Tapi segera
saja kubangunkan lamunanku karena ada hal lain yang menungguku.
Demi
mendapatkan nomor antrian pertama aku rela bangun subuh-subuh. Hal yang tak pernah aku lakukan sebelumnya. Tapi ternyata usahaku tak begitu membuahkan hasil karena
sesampainya aku di tempat audisi, antrian
sudah panjang membuntut kebelakang.
Suguhan awal yang sungguh membuatku lemas tak karuan. Dengan langkah
gontai, aku tetap ikut antri dengan
sinar. Kulirik orang-orang disekelilingku, seketika saja aku merasa mati gaya karena peserta yang lain berpenampilan
modis sekali. Tapi kucoba untuk tidak
minder demi panggung akbar Indonesian Idol. Demi impian lama ku
menjadi bintang.
***
“Ok, silahkan! Mau nyanyi apa?”, Titi Dj bicara kearahku. Setelah antri selama 9 jam, akhirnya tiba juga giliranku. Tanpa ba.bi.bu, aku langsung menyanyikan lagu “Semua Karna Cinta”, lagu yang dipopulerkan oleh Joy Tobing yang menjadi juara 1 Indonesian Idol, sambil berharap kalau-kalau
lagu itu membawa hoki untuk diri ini.
“Hari
ini adalah lembaran baru bagiku. Kudisini
karna kau yang memilihku. Tak pernah ku ragu akan cintamu. Inilah diriku dengan melodi untukmu……..
“Ok cukup! Sexy voice”, potong Indra Lesmana. “Suara kamu
spektekuler! Saya suka suara kamu. Bening”, Anang memberi komentar dengan gaya dan tipe suara yang khas. “Gaya
kamu juga asyik. Gak terlalu maksa”, Ujar Indi Barends. “This is great comment”, gumamku
dalam hati. “Sampai ketemu di Jakarta!”, seru Titi Dj sambil tersenyum sumringah padaku. Saking senangnya, aku keluar dengan membawa tiket emas yang kugenggam erat dibalik jari-jariku. .Dengan senyum lebar aku membatin, “Jakarta I’m Coming! Wait me Jakarta”.
Singkat cerita aku tiba di audisi
selanjutnya. Masa karantina membuatku mendapat banyak pengalaman. Memupuk rasa
percaya diri untuk tampil di depan seluruh penonton. Bernyanyi tanpa pikir tapi
dari hati. Semua ini kudapati disini. Aku merasa ambisius untuk mendapatkan dan
memberi yang terbaik.
“Peserta berikutnya adalah seorang
pelajar dari kota Medan, Siapa dia?”, teriak host kondang dengan tampang memikat,
Daniel Mananta. “Tika, Tika, Tika”, pekik riuh para
penonton didepan panggung yang
begitu hiruk pikuk. “Ya,
inilah dia Tika dengan lagu
“Jadi Ratu Sejagat Semalam”, sambut
host yang juga idolaku ini. Aku pun mulai bernyanyi. Tidak
nervous. Aku bernyanyi dengan tulus. Setelah selesai benyanyi, para juri pun dipersilahkan mengomentari penampilan yang menurutku memukau dan pantas
diacungkan jempol. “Kamu sangat
baik menyanyikan lagu ini. Saya
sangat terhibur dengan caramu bernyanyi”, puji
Anang kepadaku. “Saya setuju
dengan Anang. Semuanya pas”, seru Titi Dj. “Gaya kamu keren! Seperti bintang yang sesungguhnya”, seru Indy Barends dengan genit. “Tapi maaf, saya tak suka suaramu kali ini. Agak fals
dibeberapa nada yang saya dengar”, komentar Indra Lesmana. Tentu saja hatiku sontak berbunga-bunga mendengar
semua ucapan-ucapan tersebut. Tapi aku sempat kesal juga tuh sama Indra. Soalnya dia sendiri yang gak muji aku. Walau sanggahan Indra Lesmana ini yang sedikit kontra dengan
juri lain. Tapi tidak membuatku down. Aku tetap menampilkan wajah berseri-seri.
Setelah
para komentator selesai mengomentariku, aku
kembali ke belakang panggung. Aku mulai dag dig dug banget, soalnya ini malam puncak dan
merupakan malam final. Ada rasa takut
dan nervous menghantuiku.
Tapi aku mencoba menenangkan diriku. Kuraih botol minum biru yang selalu menemani kegiatanku.
Selanjutnya Beni. Rivalku yang satu ini adalah penyanyi yang
multitalented. Dia sudah woro-wiri di
dunia tarik suara, seperti lomba bintang radio, bernyanyi dari panggung ke panggung dan cafe ke
cafe atau apalah itu. Apalagi dengan ketampanannya yang tak jarang mengalihkan dunia penonton dari
yang muda hingga yang tua. Masyarakat Indonesia bisa saja tersihir dan memilihnya melalui polling sms. Sementara aku hanyalah seorang gadis yang
tak punya pengalaman apa-apa.
Bermodalkan tekat kuat dan nekat berangkat untuk itikad baik yaitu tak muluk-muluk
yaitu meraih kemenangan.
***
“Polling
sms ditutup. Inilah saatnya kita
mengetahui siapa The next Indonesian Idol Imdonesia tahun ini”, seru mc memanasi suasana panggung yang sudah hampir
mendidih ini. Dan Indonesia
memilih. Indonesia telah memilih. “Pemenangnya ada di kertas yang saya akan buka
ini”, teriak MC dengan lantang. “The next
Indonesian Idol is...... Tika”, baca MC menegaskan. Aku terkejut bukan kepalang. Aku terperangkap dalam
rasa tidak percaya. Aku terpelongo bingung memandang ke arah piala yang sudah
ada dipojok panggung. Yang akan dibawa oleh beberapa model yang tak kalah
cantik dariku. Tetiba aku tak mendengar tepukan penonton dan tak ada suara penonton terdengar sama sekali. Hanya ada senyap sunyi. Tiba-tiba bahuku
ditepuk. “Tika, Tika, Tika bangun ini sudah pukul 6”, Ibuku membangunkanku. Aku
pun terbangun linglung. Dan ternyata aku sudah berada di lantai kamarku. Tak ada penonton. Tak ada juri. Tak ada MC. Tak ada kemerlapan
lampu. Tak ada tata panggung yang indah. Aku masih merasakan kebingungan.
Merasa keanehan menyelimuti. Ternyata itu semua hanya mimpi. Mimpi yang sangat membuatku seolah
terbang kelapisan langit ketujuh. Dan
aku hanya menjadi Bintang Semalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar